Jumat, 13 April 2012

Makala Otitis Eksterna


                                                                  BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Otitis eksterna dihubungkan dengan maserasi saluran kulit akibat gesekan dengan alat dan hilangnya perlindungan dari lapisan lemak dimana lemak tersebut berfungsi sebagai pelembab. Bakteri dapat masuk melalui sobekan tipis epitel, plorierasi dan mengakibatkan pembengkakan pada lapisan saluran telinga.
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. Dua karakteristik gejala dari otitis eksterna adalah otalgia atau nyeri didalam telinga dan otorhea atau inflamasi telinga disertai adanya pengeluaran cairan. Otalgia dapat berawal dari pruritis sampai pada rasa nyeri yang hebat dan dapat diperburuk dengan adanya gerakan pada telinga seperti mengunyah. Pasien dapat mengeluh kehilangan pendengaran jika terjadi pembengkakan akibat peradangan yang menyumbat saluran telinga bagian luar.
Otorhea dan kotoran lain dapat menyumbat saluran telinga. Otorhea juga membuat saluran telinga menjadi lembab dan tercampur dengan pengobatan tropical. Peradangan sering membuat saluran telinga mudah terkena trauma dari biasanya. Oleh karena itu penggunaaan sendok serumen atau kuret seharusnya dihindari. Pembersihan yang terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan otoskop. Alternative lain untuk membersihkan telinga adalah dengan menggunakan kapas untuk mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal dari saluran telinga luar. Jika sekret tipis, keras atau lengket maka pemberian antibiotik atau hydrogen peroksida dapat menolong untuk melembutkan sekret tersebut agar mudah dikeluarkan. Dapat juga diberikan alkohol sesudahnya untuk membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin menyebabkan iritasi jika saluran telah mengalami peradangan. Pasien harus dievaluasi kembali apabila sekret susah untuk dikeluarkan akibat adanya pembengkakan atau nyeri. Melalui pemeriksaan kepala dan leher dapat dibentuk diagnosa dan dapat dilihat adanya kemungkinan komplikasi dari otitis eksterna. Pemeriksaan tersebut mencakup evaluasi pada sinus, hidung, mastoid, mulut, faring dan leher.
B.     Tujuan penulisan
1.      Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendapatkan kemampuan
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan otitis eksterna.
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini adalah agar dapat memahami dan mengetahui tehnis pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan yang diperlukan pada klien dengan otitis eksterna.

C.     Ruang Lingkup Penulisan
 Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membahas penyakit secara tinjauan teoritis dan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan otitis eksterna dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

D.    Metode Penulisan
 Dalam penulisan makalah ini kelompok menggunakan metode keperpustakaan akademik keperawatan Sintang dengan cara mencari dari buku-buku sebagai referensi, membaca dan mempelajari buku-buku literatur yang terkait dengan otitis eksterna. Kelompok juga mengambil beberapa referensi dari internet.

E.     Sistematika Penulisan
 Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari 4 bab, yakni bab I tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan; bab II tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari anatomi dan fisiologi, konsep dasar otitis ekterna; bab III tentang asuhan keperawatan otitis ekterna secara teoritis; dan bab IV penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep dasar anatomi fisiologi
              Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan sampai manusia, dengan beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies. Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
              Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).
Telinga manusia
Gambar 1.0 Anatomi telinga






1.      Bagian telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian
a.      Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membrana timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.
Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga dan akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM).
Walaupun bagian daun telinga tidak begitu penting, bagian ini sering digunakan untuk memperbaiki tampilan wajah. Dalam masyarakat Barat, telinga yang terlalu besar dan terlihat tidak simetris akan memperburuk penampilan. Bedah pertama untuk mengatasi hal ini dipublikasikan pada 1881.


Gambar 1.1 Tindik telinga.
Telinga juga menjadi tempat perhiasan selama ribuan tahun, terutama dengan menindik telinga. Dalam beberapa kebudayaan, perhiasan tersebut ditempatkan untuk menarik dan memperbesar daun telinga. Kebudayaan ini masih ditemukan di Indonesia, yakni pada suku Dayak di Kalimantan.

b.      Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martir atau malleus, landangan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). muara tuba Eustachi juga berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput. Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal.
Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachi menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachi dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar.
Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap. Peradangan atau infeksi pada bagian telinga ini disebut sebagai Otitis Media

c.       Telinga dalam
1)      Pendengaran
Gambar 1.2 Telinga Dalam
Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media (daerah hijau terang pada tengah diagram). Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe dan labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.
Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

2)      Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf vestibulokoklearis.

B.     Konsep dasar otitis eksterna
1.      Pengertian
a.       Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupn kronik yang disebabkan bakteri. (Kapita Selekta Kedokteran. 2000. hal. 83)
b.      Otitis eksterna adalah inflamasi pada saluran telinga yang dapat terjadi 2-3 hari setelah berenang, menyelam, terutama air yang terkontaminasi. (Nettina Sandra. 2001:515)
c.       Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul) adalah infeksi oleh kuman pada kulit di sepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar serumen. (Kapita Selekta Kedokteran. 2000. hal. 83)
d.      Otitis Eksterna Difus adalah infeksi yang terjadi peada kulit liang telinga dua per tiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasanya, serta tidak dapat furunkel. (THT. 1990. hal. 47)
e.       Otitis Ekterna Maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yanng difus diliang telinga luar. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus. (THT. 1990. hal. 48)


2.      Etiologi
a.       Otitis Eksterna
Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme kejaringan, dan kondisi sistemik seperti defisit vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang sedang lainnya mengandung Staphylococus albus atau organisme lain seperti difteroid.
Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphylococus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergilus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan lotion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan. Dengan pH normal 7,35-7,45.
b.      Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
Disebabkan oleh bakteri Staphylococus aureus, Staphylococus albus, E.coli.
c.       Otitis Eksterna Difus
           Biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok pseudomonas dan kadang-kadang juga staphylococcus albus, Escheria Coli, dan Enterobacter aerogenes. Danau, laut, dan kolam renang merupakan sumber
potensial untuk infeksi ini. Faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:
1.      Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
2.      Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban.
3.      Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara berlebihan.
d.      Otitis Ekterna Maligna
           Menyerang liang telinga luar dan tulang temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa, dan umumnya menyerang pasien diabetik yang berusia tua. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan antara tulang dan tulang rawan. Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut :
1.      Diabetik (90 %), diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Tidak perbedaan antara DM tipe I dan II.
2.      Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena penggunaan obat.
3.      Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetik.

3.      Patofisiologi
a.       Otitis eksterna (infeksi telinga luar)
           Pada stadium preinflamasi, telinga terpapar dengan faktor predisposisi, termasuk panas, kelembaban, luka (maserasi), absennya serumen, dan pH yang basa. Hal ini dapat menyebabkan edema pada stratum korneum dan oklusi pada unit apopilosebaseus. Pada stadium inflamasi, terjadi pertumbuhan bakteri, disertai dengan edema progresif dan nyeri yang semakin berat. Resolusi yang tidak sempurna atau inflamasi persisten selama lebih dari 3 bulan dikategorikan sebagai stadium inflamasi kronik.
           Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Gambar 1.3 Penimbunan Serumen
           Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.

PATOFISIOLOGI
Membersihkan telinga dengan cotton bud atau factor predisposisi lain
                                                                             
Sel-sel kulit yang mati terdorong ke saluran gendang telinga
 

   Kotoran menumpuk disana
 

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen
 

Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi /berenang

Kulit yang basah mudah terinfeksi oleh bakteri dan jamur

Stratum korneum       Edema        oklusi pada unit apopilosebaseus
 

Inflamasi(terjadi pertumbuhan bakteri)
 

Edema progresis

Terjadi penyumbatan
 

Gangguan pendangaran

b.      Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)

PATOFISIOLOGI
1/3 liang telinga mengandung adeneksa kulit

Infeksi pada pilosebasea

Staphylococus aureus/staphylococus albus
 

Furunkel

Menyumbat lubang telinga
 

Kehilangan pendengaran

c.       Otitis Eksterna Difus

PATOFISIOLOGI
Suatu trauma ringan (misal karena berenang)

Tekanan pada air yang lebih tinggi

Air masuk ke telinga→(pseudomonas,staphylococcus albus)
 

PH kulit kanalis menjadi basa

Pembengkakan sebagian besar dinding kanalis

Infeksi

Gangguan Pendengaran

d.      Otitis Ekterna Maligna
              Infeksi dimulai pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari situ dapat memberikan efek pada struktur- struktur utama seperti arteri karotis, vena jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial.
Gambar 1.4 Anatomi Fisiologi dan penderita otitis eksterna maligna



4.      Manifestasi klinis
a.       Otitis eksterna (infeksi telinga luar)
           Pasien biasanya datang dengan nyeri pada telinga atau nyeri tekan aural, cairan dari kanalis auditorius externa, nyeri tekan aural (biasanya tidak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam, selulitis dan limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan penuh. Pada pemeriksan otoskopis, kanalis telinga tampak eritema dan edema. Cairan berwarna kuning atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.

b.      Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
1. Adanya benjolan di telinga
2. Nyeri yang hebat saat membuka mulut
3. Pendengaran berkurang
4. Abses berisiskan pus yang dapat pecah dan sendirinya

c.       Otitis Eksterna Difus
1. Adanya benjolan di telinga
2. Telinga nyeri
3. Pendengaran berkurang
4. Telinga terasa ada cairan
5. Nyeri saat membuka mulut

d.      Otitis Ekterna Maligna
           Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa.
Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.

5.      Penatalaksanaan
a.       Otitis eksterna
           Pemberian analgetik selama 48-92 jam pertama. Pasang sumbu untuk menjaga kanalis tetap terbuka sehingga cairan obat dapat dimasukan bila edema. Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid. Bahan anti jamur jika diindikasikan. Pasien dilarang untuk berenang. Klien diingatkan untuk tidak membersihkan kanalis auditorius eksternus sendiri dengan lidi kapas.Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air dan letakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis berenang.

b.      Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
           Melakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah. Memberikan salep antibiotik misalnya polymixin B dan bacitracin. Memberikan asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%. Melakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding tebal. Pasang drain untuk mengalirkan nanah. Memberikan analgetik dan penenang.
.
c.       Otitis Eksterna Difus
           Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.
Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani dalam menggunakan alat dalam mengoleskan obat.
Pemilihan pengobatan lokal yang sering digunakan adalah Cortisporin (polimiksinB, neomisin, hidrokortison), coli Mysin (kolistin, neomisin, hidrokortison), pyocidin (polimiksin B, hidrokortison), vasol HC (as. Asetat-nonakues 2%, hidrokortison), dan chloromycetin (kloramfenikol).)



d.      Otitis Ekterna Maligna
Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan pasien dengan otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejak ditemukannya aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan quinolon, maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan. Sejak teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa ahli otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi.
Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna nekrotikans. Yang paling penting adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus.
Mastoidektomi atau reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkin diperlukan jika ada gangguan saraf fasial. Antibiotik sebaiknya diberikan sejak awal, dalam dosis yang adekuat dan dalam waktu yang lama.
Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensinya. Karena kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 – 8 minggu.

6.      Komplikasi
            Akibat dari infeksi pada telinga bagian luar dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran, meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, fasial nerve paralysis. Kerusakan pada syaraf VI dan VII, menyebar ke labirin, terjadi infeksi pada insisi.
7.      Test Dignostik
a.       Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
b.      Tes audiometrik, memperlihatkan dan mendokumentasikan jumlah kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.
c.       CT-Scan tulang tengkorak
Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur dan ada kerusakan tulang.
d.      Scan Galium-67
Dengan kriteria hasil : terlihat focus inf akut yang akan kembali normal dengan resolusi infeksi.
e.       Scan Tekhnetium-99
Dengan kriteria hasil : terlihat aktifitas osteoblastik yang akan kembali normal beberapa bulan setelah resolusi klinik.

8.      Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya hal ini perlu diadakan suatu upaya yang meliputi:
a.       Mengubah kebiasaan buruk seperti suka mengorek telinga dengan dalam.
b.      Jangan gunakan cotton bud karena kotoran justru akan terdorong ke dalam.
c.       Jangan gunakan anting-anting yang berat.
d.      Cegah masuknya air ketika mandi atau berenang, karena kulit yang basah dan lembut mudah terinfeksi oleh bakteri dan jamur.
e.       Cegah masuknya air/bahan iritan (hair spray, cat rambut).



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang berhubungan dengan telinga
2.      Keluhan utama yang berhubungan dengan manifestasi klinis termasuk juga: aktivitas/istirahat, nyeri/kenyamanan.
3.      Pola kebiasaan hidup sehari-hari: seperti berenang, gaya hidup.
4.      Pemeriksaan fisik seperti: inspeksi bentuk telinga,
5.      Pemeriksaan diagnostik:
1.      Tes laboratorium
2.      Tes audiometrik
3.      CT-Scan tulang tengkorak

B.     Diagnosa keperawatan
1.  Gangguan sensori persepsi : pendengaran b/d banyaknya kotoran telinga, cairan atu benda asing
2.   Nyeri b/d proses inflamasi
3.   Kegagalan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi
4. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya

C.     Rencana tindakan
1.      Nyeri
a.       Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan rasa nyeri klien mulai berkurang hingga hilang.
b.      Kriteria hasil: rasa nyeri klien teratasi, dengan skala 0-3
c.       Intervensi:
1.      kaji tingkat nyeri sesuai skala nyeri
      rasional: memberi info untuk mengkaji respon terhadap intervensi

2.      Kaji dan catat respon klien terhadap intervensi
Rasional: membantu dalam memberi intervensi selanjutnya
3.      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: mengurangi nyeri
4.      Memasang sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema
Rasional: untuk menjaga kanalis tetap terbuka        
             
2.      Kegagalan interaksi sosial
a.       Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien bisa kembali berkomunikasi dengan baik
b.      Kriteria hasil: klien sudah bisa berinteraksi atau berkomunikasi lagi
c.       Intervensi:
1.       Berikan alat Bantu pendengaran
             Rasional : untuk membantu pendengaran klien.
2.         Ajari klien menggunakan tanda nonverbal dan bentuk komunikasi lainnya
             Rasional : merupakan alternative lain untuk mempermudah komunikasi    dengan orang lain
3.       Ajari keluarga atau orang terdekat praktik komunikasi yang efektif
             Rasional : mampu berkomunikasi yg baik dgn klien
4.       Mengurangi kegaduhan lingkungan
Rasional :  ketenangan lingkungan dapat membantu kelancaran komunikasi.

3.      Ansietas
a.       Tujuan: setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan rasa cemas pada klien dapat berkurang
b.      Kriteria hasil: klien sudah mulai tenang
c.       Intervensi:
1.      Dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan klien tentang penyakit dan   tindakannya
            Rasional : mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai  kesalahpahaman dan kesalahan informasi.
2.      Berikan penjelasan singkat tentang organisme penyebab; sasaran penanganan; jadwal tindak lanjut; dan pencegahan penularan terhadap orang lain
            Rasional :  pengetahuan tentang diagnosa spesifik dan tindakan dapat   meningkatkan kepatuhan
3.       Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan berdiskusi
             Rasional : pertanyaan klien menandakan masalah yang perlu diklarifikasi
                                                    
D.    Implementasi
            Adalah suatu bentuk dokumentasi yang di tujukan untuk mencatat setiap tindakan
yang telah dilakukan dalam rencana tindakan keperawatan, sekaligus menganalisa respon
klien tentang hasil tindakan yang telah dilakukan.

E.     Evaluasi
1.      Gangguan persepsi nyeri
Fungsi pendengaran klien kembali membaik.
2.      Nyeri
Rasa nyeri klien mulai berkurang hingga hilang.
3.       Kegagalan interaksi sosial
Klien bias kembali berkomunikasi dengan baik.
4.       Ansietas  
Rasa cemas pada klien berkurang


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
              Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi telinga yang mengenai saluran telinga baik itu akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, seperti staphylococcus aureus, staphylococcus albus, E.coli, cuaca yang panas dan lembab, tetapi kebanyakan di sebabkan oleh termasuknya air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis yang memungkinkan masuknya organisme ke  dalam jaringan dan kondisi sistemik     seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin, dan banyak factor yang lainnya. Otitis  eksterna ini di bagi lagi menjadi beberapa jenis seperti : otitis eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis eksterna maligna.
Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan, yang ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga, nyeri hebat saat membuka mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa ada cairan. Komplikasinya bisa berupa : paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal, meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan VII.
Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang telinga di bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan gunakan bahan yang tidak menimbulkan iritasi.

B.     SARAN
            Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat menyampaikan saran kepada semua pihak, baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan sintang agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila di temukan klien dengan otitis eksterna, selain itu juga dapat melakukan pencegahan dini dengan pola hidup yang baik, sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi maupun mahasiswa/I Akademi Keperawatan Sintang.