Senin, 09 April 2012

ANFIS PERKEMBANGAN SEL-SEL DARAH DAN SISTEM LYMPATIK


BAB I
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Sel-sel Darah
Fungsi Darah Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran Oksigen pada tubuh :
1.      Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah.
2.      Darah yang dipompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3.      O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4.      Dari bilik kiri O2 dibawa ke seluruh tubuh oleh sel darah merah untuk pembakaran sidasi)
5.      Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigem dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida.
6.      Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen dibawa ke jantung.


B.     Pembentukan Sel-sel Darah
Sewaktu janin, sel-sel darah diproduksi oleh yolk sac, limpa, hati, sumsum tulang, dan kelenjar lympha. Pada orang dewasa sel-sel darah diproduksi pada sumsum merah (jaringan myeloid) yang terdapat di dalam tulang-tulang axial skeleton seperti tulang iga, tulang dada, dan  tulang-tulang kepala. Sumsum merah juga terdapat pada tulang pelvis bagian epiphysis femur dan tibia. Sedangkan lymphosit diproduksi oleh jaringan lymphatic.
Sel-sel darah berasal dari sel mesenchym yang berubah menjadi sel induk (sel stem). Kemudian berdiferensiasi lagi menjadi lima tipe sel atas pengaruh berbagai hormon dan zat-zat kimia lainnya. Kelima tipe sel tersebut ialah:
1)      Erythroblast, kemudian akan membentuk erithrosit.
2)      Megakarioblast, kemudian akan membentuk thrombosit.
3)      Lymphoblast, kemudian akan membentuk lymphosit.
4)      Monoblast, kemudian akan membentuk monosit.
5)      Myeloblast, kemudian akan membentuk granulosit.

C.    Metabolisme Darah
1.      Metabolisme darah selama penyimpanan
      Pada darah yang disimpan di luar tubuh (dalam botol/kantong plastik), dimana kondisinya sangat berbeda dengan kondisi dalam tubuh, dan keseimbangan alamiah tidak ada, maka tentunya akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai hal, termasuk perubahan-perubahan dalam metabolisme darah tersebut.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan invitro tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Daya hidup sel darah merah
1)      Daya hidup sel darah merah
Pada waktu penyadapan dalam botol 1 – 5 % sel darah merah rusak.
Setelah darah disimpan 2 minggu dalam ACD, walaupunhampir semua sel darah mudah hidup normal setelah ditransfusikan, kira-kira 10 % musnah dalam waktu 24 jam. Setelah penyimpanan 4 minggu dalam ACD, daya hidup setelah transfusi menurun dan sebanyak 25% dari sel darah merah hancur dalam bekerja jam pertama setelah transfusi. Makin lama darah disimpan makin banyak sel darah merah yang dihancurkan dan makin kecil jumlah sel darah merah yang dapat bertahan hidup. % sel darah merah yang hidup 24 jam setelah transfusi menjadi patokan perhitungan masa simpan darah dalam bentuk cair, minimal 70 %. Bila sel darah merah yang hidup 24 jam setelah transfusi tidak baik untuk resipien.
Hilangnya daya hidup sel darah merah yang disimpan disebabkan minimal oleh 2 faktor :
·         Kekakuan membran sel darah merah : yang invitro reversible dengan penambahan ATP sebelum transfusi.
·         Hilangnya lipid membran sel darah merah yang tidak dapat dielakkan pada penyimpanan pada 40C.
Pengaruh anticoagulant :
·         Heparin : kerusakan sel darah merah sangat cepat, setelah penyimpanan 6 – 10 hari daya hidup posttransfusi tidak lebih dari 60% (Moelison & Joung 1942).
·         Trisodium Sitrat : kerusakan yang cepat terjadi, setelah 1 minggu hanya 50 % sel darah merah yang hidup dan setelah 2 minggu hampir tidak ada yang hidup (Ross et al, 1947).
·         Penambahan dextrose : dapat memperbaiki daya hidup sel darah merah, karena dextrose menurun. Hidrolis aster phosphor selama penyimpanan (Aylward et al, 1940) dan yang merupakan sumber energi untuk sirtosa senyawa phosphate orang itu diphosphoglycorate dan ATP.
2)      Daya hidup trombosit
Pada waktu penyadapan yang terjadi kerusakan trombosit (terutama botol). Tergantung pada suhu penyimpanan, lama simpan dan hidup trombosit berbeda-beda :
Bila disimpan pada 40 C :
·         Daya hidup pendek
·         Tapi daya hemostatik lebih baik.
·         Dapat disimpan selama 72 jam.
Bila disimpan pada 18 – 200 C :
·         Daya hidup lebih baik.
·         Daya hemostatik kurang
·         Bila disimpan dengan goyangan dan dalam kantong khusus dapat disimpan sekitar 5 hari.
3)      Daya hidup lekosit
Bila disimpan pada 40 C, setelah 48 jam timbul perubahan bentuk yang besar dan setelah 72 jam kehilangan daya phagosytosis.

b.       Penurunan Kadar ATP
1)      Selama penyimpanan kadar ATP menurun dan ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada sel darah merah (Haradin et al, 1969) yaitu :
2)      Perubahan bentuk sel dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres).
3)      Hilangnya lemak membran sel (25 % setelah penyimpanan 28 hari dalam ACD).
4)      Menurunnya : critical haemolotyc volume (mungkin berhubungan dengan hilangnya lemak membran).
5)      Bertambah kakunya sel.

c.       Penurunan 2,3 Diphosphoglcarata (DPG).
Kompleks/senyawa Hemoglobin – phosphat organik dalam sel darah merah memegang peranan penting dalam melepaskan O2 (Chanutin & Curnish 1967, Benesch & Benesch 1967).
Dalam sel darah merah manusia DPG sel darah merah hampir equimolar dengan Hemoglobin. DPG dalam konsentrasi yang biasa terdapat dalam sel darah merah, menurunkan afinitas (daya ikat) Hemoglobin terhadap oksigen.
Satu molekul DPG berikatan dengan 1 molekul deoxy – Hemoglobin membentuk kompleks yang sangat resisten terhadap oksigenasi, DPG harus dilepaskan, agar O2 dapat diikat.
ATP yang mempunyai efek yang sama dengan DPG, tapi konsentrasi ATP 4-5 kali lebih rendah. (Benesch – Benesch 1969). Valtis & Kennedy (1954) orang yang pertama yang mendapatkan bahwa kurve disosiasi oksigen bergeser kekiri pada darah yang disimpan dalam sitras, yang berarti darah tersebut setelah ditransfusikan setidaknya untuk sementara tidak sanggup melepaskan oksigen kejaringan sebanyak pelepasan O2 dalam darah normal.
Perubahan maksimal terjadi setelah penyimpanan 1 minggu dalam ACD. (Gullbring & Strom 1956).
Kesimpulan (Akerblem 1968), perubahan kurve disosiasi O2 dalam darah yang disimpan disebabkan oleh menurunnya DPG dan daya mengikat O2 darah simpan dapat kembali normal dengan mengikubasi sel darah merah dengan inosine.
Apakah kadar 2,3 DPG penting dalam klinik ?
Darah dengan 2,3 DPG rendah, dimana meningkatnya finites terhadap O2 (sel darah merah yang ditransfusikan) yang disertai dengan penurunan kapasitas melepaskan O2 ke jaringan, jelas tidak menguntungkan.
Bila darah yang telah disimpan lama, dimana kadar 2,3 DPG nya rendah ditransfusikan maka penambahan O2 jaringan tidak ada walaupun Hemoglobin sudah naik, terutama dalam 6 jam pertama setelah transfusi. Karena itu bila diperlukan resusitasi/oksigenasi cepat, penderita harus diberi darah yang berumur kurang dari 5 hari.
Pemulihan 2,3 DPG
In vivo kadar 2,3 DPG reversible, kadar mulai meningkat mulai jam ke 6 post transfusi dan akan maksimal setelah 36 jam.
Efek Pengocokan pada Darah Simpan
Bila selama disimpan, darah dikocok/goyang, kadar ATP akan lebih baik (Dern, 1970).
Pada darah dalam CPD + Adenina, menggoyang/mengocok darah 5 hari dalam seminggu, menyebabkan kadar ATP, DPG dan glukosa lebih baik. Bila dibandingkan bagian atas & bagian bawah darah yang disimpan, maka bagian bawah akan kurang baik keadaannya karena sedikit plasma, sehingga asam laktat mungkin kedalam sel. (Wood & Bentler 1973).
Efek pendinginan terhadap kadar 2,3 DPG
Pendinginan cepat dibawah 150 C dapat mencegah hilangnya DPG dari sel darah merah.
Darah yang disadap - suhu 300 C – dalam 2 jam dalam kamar pendingin akan mencapai suhu 00 C (Prins & Loos, 1970).
Walaupun demikian pendinginan lambat yang tidak terlalu jelek, 6 jam pada suhu 21 – 240 C kehilangan DPG 13 % (Avey et al, 1978).

d.      Perubahan-perubahan Lain
1)      Penurunan pH darah (pengasaman)
Disebabkan karena :
·         Terbentuknya asam laktat karena berkurangnya glikolisis. Penurunan pH akan mempengaruhi kerja enzym seperti hexokinase & phosphofructokinase, yang akan menghambat glikolisis pada suhu 420 C, glikolisis 40 kali lebih rendah dibandingkan dengan pada 370 C (0,05 mmol/l sel darah merah/jam pada 40C – 2 mmol/L sel darah merah/jam pada 370 C. (Strumia, 1954 dll).
·         PH antikoagulan yang rendah (pH ACD = 5,0 – 5,1)
PH CPD = 5,6 – 5,8
PH darah = 7
2)      Peningkatan Hemoglobin plasma
Disebabkan karena hemolisis sel darah merah.
3)       Peningkatan K+ plasma
Masuknya Natrium dan air kedalam sel, (pertukaran ion intra – ekstra selular), menyebabkan perubahan bentuk sel darah merah. Jangan memberikan darah yang berumur lebih dari 7 hari untuk penderita penyakit ginjal (bila ginjal tidak dapat membuangnya).
4)       Peningkatan amoniak
Darah lama jangan diberikan pada penderita penyakit hati karena hati tidak akan dapat melakukan netralian.
5)      Peningkatan asam laktat.
6)      Penurunan kadar faktor pembekuan
Pada penyimpanan pada 40 C, faktor ini menyusut banyak dalam 6 jam pertama.
7)      Perubahan-perubahan sel darah merah
·         Perubahan bentuk menjadi lebih bulat karena masuknya air + Natrium.
·         Hilangnya lipid membran.
·         Meningkatnya kekakuan sel.
Refersibilitas (Pemulihan) Perubahan-perubahan Pada Darah yang Disimpan
Beberapa perubahan yang terjadi pada sel darah merah yang disimpan bisa pulih kembali, baik in vitro maupun in vivo.
·         Pemulihan phosfat organic
Bila darah dengan DPG rendah ditransfusikan, kadarnya akan pulih menjadi 25 % nilai normal setelah 3 jam dan 50 % dalam 24 jam. (Valeri, Hirsch, 1969).
Baik DPG ataupun ATP dalam darah simpan dapat diperbaiki in vitro sebelum transfusi dengan menginkubasinya dengan puring nukleosid.
·         Pemulihan Elektrolit
Ø  Darah ACD yang berumur 15 – 16 hari hampir mencapai kembali kadar Natrium normal dalam 24 jam post transfusi.
Ø  Sedangkan kadar Kalium belum kembali normal dalam waktu 6 hari. (Valeri & Hirsch 1969, dengan tehnik differensial agglutination).

Daya Hidup (Viabilitas) Sel Darah Merah yang Disimpan
Daya hidup sel darah merah yang berasal dari berbagai donor Born et al (1966) membuktikan adanya perbedaan daya hidup yang bermakna diantara sel darah merah yang diambil dari donor yang berbeda. Dari seorang donor, ia mendapatkan daya hidup 24 jam post transfusi (24 hour survival), ialah 91%, 87 % dan 79 %, sedangkan dari seorang donor lain 73 %, 70 % dan 62%. C.A. Finch juga mendapatkan bahwa walaupun hampir semua darah donor normal yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD mempunyai daya hidup 24 jam post transfusi 70 – 85 %, ada juga yang hanya 60 – 65 %.
Perbedaan Antara Sel Darah Muda & Sel Darah Yang Sudah Purna (Matang)
100 % darah yang disimpan dalam periode pendek (kurang dari 2 minggu) akan mengalami penghancuran dalam 24 jam, sisanya mempunyai daya hidup yang normal dengan penghancuran 1 % per hari. Sedangkan sel darah merah yang telah disimpan selama 28 hari, dalam 24 jam 25 % akan rusak dan keluar dari sirkulasi, sedangkan sisanya akan mengalami kerusakan lebih dari 1 % per hari. Ini diduga karena setelah penyimpanan jangka panjang sel darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari pada sel darah merrah yang telah sempurna pembentukannya
Hubungan Antara Perubahan Invitro dan Daya Hidup Post Transfusi
Beberapa perubahan invitro sangat berpengaruh terhadap daya hidup sel darah merah post transfusi.
Perubahan yang paling penting ialah perubahan bentuk sel darah merah.
Contoh : 100 % sel darah merah segar dapat melalui pipet berukuran 2,85m (kira-kira sama dengan diameter pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil - mikrosirkulasi – dilimpa) : sedangkan darah yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD hanya 80 % yang dapat melewatinya. Seperti telah diketahui, yang berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah ialah ATP. Dalam minggu-minggu pertama penyimpanan, kadar ATP sel sangat berhubungan erat dengan daya hidup sel dan penambahan/pemulihan ATP akan meningkatkan daya hidup post transfusi. Akan tetapi setelah penyimpanan 7 – 8 minggu, walaupun sel darah merah diinkubasi dalam larutan adenin sehingga kadar ATP meningkat, namun daya hidup sel tidaklah bertambah. Terbukti bahwa ada faktor lain selain ATP yang juga berperan penting dalam menentukan daya hidup sel darah merah, mungkin yang paling penting ialah hilangnya lipid dari membran sel.

Usaha Meningkatkan Kadar enzym 2,3 DPG
1.      Meningkatkan pH, yaitu dengan mengganti media ACD yang lebih asam (pH = 5 – 5,1) dengan CPD (pH = 5,6 – 5,8).
2.      Menambah bahan kimia, seperti adenin.
3.      Menyimpan darah dalam bentuk beku.
4.      Memberikan cairan yang memudahkan kembali sel darah merah (rejuvenile solution), misalnya :
Ø  Lovric Coctail.
Ø  Pipa Solution dll.

D.    Fungsi Umum Darah
1.      Fungsi Darah dan Sel Darah
Fungsi darah dan sel darah adalah sebagai berikut:
a.       Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan yang lain.
b.      Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida.
c.       Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena berakan fagisitosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d.      Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan: menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk di buang.
e.       Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
Semua jaringan mempunyai persediaan darah yang memadai, yang tergantung pada tekanan darah arteri normal yang dipertahankan. Dalam keadaan duduk atau berdiri, darah yang menuju ke otak harus dipompa ke atas, namun dalam keadaan rebahan tekanan darah adalah normal. Bila otak tidak menerima darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang tidak dapat pulih kembali dan beberapa sel otak akan mati.

2.      Sifat Fisik dan Komposisi Darah
a.      Sifat Fisik Darah
Darah lebih berat dari air. Berat jenis darah 1,058. pH darah 7,35 – 7,45. Darah lebih kental dari air dengan viskositas (kekentalan) 4,5 – 5,5 (viskositas air = 1). Temperatur darah ± 38oC. Darah berbau anyir dan sedikit terasa asin dengan konsentrasi NaCl 0,85 – 0,9%.
b.      Komposisi Darah
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
·         Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
·         Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
·         Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imum tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan darah, serum darah atau plasma terdiri atas:
·         Air (91,0%)
·         Protein (8,0%)
Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen.
·         Mineral (0.9%)
Natrium, klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dan lain-lain.
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung:
·         Albumin
·         Bahan pembeku darah
·         Immunoglobin (antibodi)
·         Hormon
·         Berbagai jenis protein
·         Berbagai jenis garam
blood








E.     Fungsi Getah Bening
1.      Definisi dan Fungsi Getah Bening
      Selama darah beredar dalam kapiler, ada cairan darah yang merembus keluar dari kapiler darah. Cairan tersebut mengisi ruang antarsel. Cairan ini disebut cairan ekstrasel atau cairan jaringan. Cairan jaringan ini kemudian masuk ke dalam pembuluh limfa di sebut cairan limfa atau getah bening. Kelenjar getah bening adalah sebuah jaringan berbentuk oval di dalam tubuh yang bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut sebagai getah bening (limfosit).
Getah bening ini berfungsi dalam pengeluaran sel-sel mati, dan yang paling utama adalah sebagai alat pertahanan terhadap infeksi atau mematikan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
2.      Asal Getah Bening
      Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskuler ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
3.      Komposisi Getah Bening
      Cairan limfa atau getah bening memiliki komposisi yang sama dengan plasma darah tapi dengan kadar protein yang lebih kecil dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir disepanjang pembuluh untuk masuk ke dalam pembuluh darah.


DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri, Istamar. 2005. Sains Biologi SMP Kelas VIII. Malang: Erlangga.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar