BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Sistem
Indra Penglihatan
1. Pengertian
Panca indra
adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu.(Syaifudin, 2006).
Mata adalah
organ penglihatan yang mendeteksi cahaya yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang
atau gelap (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2008).
Mata adalah
jendela hati, jendela dunia, dengan mata kita bisa menyerap berbagai informasi,
mengumpulkan berbagai informasi dan data dan akhirnya kita bisa punya ilmu dan
pengetahuan yang begitu banyaknya (http:// optikonline. Info/2008/06/07/ anatomi-mata-manusia.).
2. Anatomi Fisiologi Mata
Indra
penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli
assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra penglihatan,
saraf optikus (urat saraf kranial ke 2), timbul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung
untuk membentuk saraf optikus.
a. Organ okuli assesoria (alat bantu mata)
1) Supersilium (Alis mata)
Alis mata
merupakan batas orbita dan potong kulit tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh
bulu bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan.
2) Palpebra (Kelopak mata)
Palpebra
merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus
okuli, kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata bawah. Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan
berkedip untuk melicinkan dan membasahi mata.
Pada
pinggir kelopak mata terdapat silia (bulu mata). Tarsus merupakan bagian dari
kelopak mata yang berlipat-lipat.
Kelopak
atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan
alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
a) Kelenjar seperti kelenjar sebasea,
kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan
kelenjar meibom pada tarsus.
b) Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang
berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial.
M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
c) Di dalam kelopak terdapak tarsus yang
merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang
bermuara pada margo palpebra.
d) Septum orbita yang merupakan jaringan
fibrosa berasal dari rimaorbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak
depan.
3) Aparatus lakrimalis (sistem saluran air
mata)
Air mata
dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior, melalui duktus
eksretorius masuk ke dalam sakus konjungtiva, melalui bagian depan bola mata
terus ke sudut tengan bola mata ke dalam kanalis lakrimalis mengalir ke duktus
naso-lakrimalis terus ke meatus nasalis inferior.
4) Muskulus okuli (otot mata)
Otot mata
merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot
diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata
ke atas.
a) Muskulus levator palpebralis superior
inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata
b) Muskulus orbikularis okuli otot melingkar
mata, fungsinya untuk menutup mata.
c) Muskulus rektus okuli medial (otot
disekitar mata), fungsinya menggerakkan mata dalam (bola mata).
d) Muskulus rektus okuli inferior (otot
disekitar mata) fungsinya untuk menutup mata.
e) Muskulus obliques okuli inferior,
fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
f)
Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan keluar.
Gambar 1. Organ okuli assesoria
(www.cetrion.blogspot.com)
5) Konjungtiva
Konjungtiva,
yang mengandung banyak pembuluh darah, adalah selaput lendir yang melapisi
bagian dalam kelopak mata dan bagian depan bola mata hingga ke kornea. Selaput
ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa
kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang
memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar kornea tidak kering.
6) Kavum Orbita
Merupakan
rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan,
dan ke dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang :
a) Os frontalis
b) Os zigomatikum
c) Os sfenoideal
d) Os etmoideal
e) Os palatum
f) Os lakrimal.
b. Organ okulus (bola mata)
1. Kornea, disebut juga selaput bening
mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan dan bisa
diganti dengan jaringan kornea dari donor mata (pencangkokan kornea).
2. Sklera, yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan
bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata.
3. Bilik mata depan, suatu rongga yang berisi cairan yang
memudahkan iris untuk bergerak.
4. Uvea, terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris
adalah lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk
ke dalam mata. Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik
mata, sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak mangandung pembuluh darah
untuk memberi nutrisi pada bagian-bagian mata.
5. Pupil, merupakan suatu "lubang" tempat cahaya masuk ke dalam
mata, dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris.
6. Lensa, sesuai dengan namanya, berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang
masuk agar diperoleh penglihatan yang jelas. Jika mengalami kekeruhan akan
menyebabkan kaburnya penglihatan seperti pada penyakit katarak.
7. Badan kaca (vitreus), bagian terbesar yang mengisi bola
mata, disebut juga sebagai "badan kaca" karena konsistensinya yang
berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang masuk sampai ke retina.
Gambar 2. Organ
okulus
(www.cetrion.blogspot.com)
8. Retina, merupakan merupakan reseptor saraf yang peka terhadap cahaya
(fotoreseptor). Rangsang cahaya akan diubah menjadi arus listrik untuk
disalurkan melalui saraf optik (saraf mata).
9. Papil saraf optik Meneruskan rangsangan
cahaya yang diterima dari retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian
belakang kepala (korteks oksipital).
B. Konsep Dasar Blepharitis
- Pengertian
Blepharitis
adalah mata gatal dirasakan pada radang kelopak mata disertai dengan mata
berair, mata kabur sementara yang mengenai bola mata (Sidarta Ilyas, 2004).
Blepharitis adalah suatu peradangan pada kelopak mata karena terjadinya produksi minyak yang berlebihan yang berasal dari kelenjar minyak tersebut. Tidak diketahui persis mengapa produksi minyak bisa menjadi berlebihan. Sayangnya kelebihan minyak ini ada di dekat kelopak mata yang juga sering didatangi bakteri (Dedeh Kurniasih, 2008).
Blepharitis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blepharitis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit (www. human-medicine.blogspot.com).
Blepharitis adalah radang pada
kelopak dan/atau tepi kelopak.Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan
radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blepharitis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan dikulit (www.bp3.blogger,com).
- Patofisiologi
Patofisiologi blepharitis biasanya
terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri
secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi
dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan
kelainan fungsi kelenjar meibom.
Kolonisasi bakteri pada mata
Invasi mikrobakteri
Produksi toksin bakteri, sisa buangan, dan enzim
Kerusakan sistem imun tubuh
Infeksi di kelopak mata
Blepharitis
- Anatomi
Kelopak atau palpebra mempunyai
fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk
film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata. Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang
di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.Padakelopakterdapatbagian-bagian :
a. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar
keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
b. Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
c. N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak
mata atau membuka mata.
d. Di dalam kelopak terdapak tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
e. Orbita yang merupakan jaringan fibrosa berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Klasifikasi
a.
Blepharitis superficial
Bila infeksi kelopak superfisial
disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep
antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian
antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blepharitis menahun
maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari
kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
b.
Blepharitis seboroik
Blepharitis sebore biasanya terjadi
pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan
rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn, air
mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, ordeolum, madarosis,
poliosis dan jaringan keropeng.
Blepharitis
seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan
kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres
hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan
shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal,
tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
c.
Blepharitis skuamosa
Blepharitis skuamosa adalah blepharitis yang disertai dengan adanya
skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak terjadi luka
pada kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit
didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak.
Blepharitis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blepharitis skuamosa adalah
kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blepharitis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blepharitis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra
disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari
dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blepharitis skuamosa ialah
dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid
setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blepharitis
skuamosa adalah keratitis,konjungtivitis.
d.
Blepharitis ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blepharitis
dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blepharitis ulseratif terdapat
keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata.
Pada blepharitis
ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat
akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat
sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak
folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan
higiene yang baik. Pengobatan
pada blepharitis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi
obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat
ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis
superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini
sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat
trikiasis.
e.
Blepharitis angularis
Blepharitis angularis merupakan infeksi
staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blepharitis
angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus)
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blephariris
angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya bersifat rekuren. Blepharitis
angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
f.
Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar
Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan
kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali
disertai antibiotik lokal.
- Etiologi
Infeksi atau alergi yang biasanya
berjalan kronik atau akibat disfungsi kelenjar Meiborn. Alergi dapat disebabkan
debu, asap,bahan kimia iritatif, atau bahan kosmetik.. Infeksi oleh bakteri
disebabkan Stafilokok, Streptococcus alpha atau beta hemolyticus, Pneumokok,
Pseudomonas, Demodex folliculorum, hingga Pityrosporus ovale yang menyebabkan
blepharitis seroboik. Infeksi oleh virus disebabkan Herpes zoster, Herpes
simpleks, Vaksinia dan sebagainya, sedangkan, oleh jamur dapat menyebabkan
infeksi atau sistemik.
Terdapat dua jenis blepharitis, yaitu
blepharitis anterior dan blepharitis posterior.
a. Blepharitis anterior
Blepharitis anterior merupakan
inflamasi kronik yang umum terjadi pada perbatasan kelopak mata. terdapat dua
tipe yaitu staphylococcal dan sebrrhoik. Blefaritis staphylococcus dapat
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, dimana biasanya bersifat
ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau staphylococci negatif
coagulase. Blepharitis seborrhoik (nonulseratif) biasanya terkait dengan
keberadaan Pityrosporum ovale, walaupun organisme ini belum terbukti bersifat
kausatif. Seringkali, kedua tipe ditemukan (infeksi campuran). Seborrhoik pada kulit kepala, alis, dan
telinga seringkali terkait dengan blepharitis seborrhoik.
Gejala utama adalah iritasi, perih,
dan gatal pada batas kelopak mata. Mata berwarna sedikit kemerahan. Terlihat banyak sisik dan granulasi
melekat pada bulu mata pada kelopak mata atas dan bawah. Pada tipe
staphylococcal, sisik kering, kelopak mata memerah, sedikit area ulserasi
ditemukan pada batas kelopak mata, dan bulu mata cenderung berguguran. Pada
tipe seborrhoik, sisik terlihat berminyak, ulserasi tidak terjadi, dan kelopak
marah sedikit memerah dibanding tipe staphylococcal.
Pada tipe
campuran, baik sisik kering dan berminyak terlihat dan batas kelopak mata
memerah dan dapat berulserasi, S. aureus dan P. ovale dapat terlihat pada
pewarnaan bagian yang dikerok dari kelopak mata
Blefaritis
Staphylococcal dapat disertai (berkomplikasi) dengan hordeola, chalazion,
keratitis epitel kornea, dan infiltrat kornea marjinal. Kedua bentuk
blepharitis anterior ini merupakan predisposisi dari konjungtivitis rekuren.
Kulit
kepala, alis, dan kelopak mata harus dalam keadaan bersih, terutama pada tipe
seborrhoik, dengan menggunakan sabun dan shampo. Sisik harus dibuang dari
kelopak mata setiap hari dengan aplikator katun basah dan shampo baby.
Belpharitis
Staphylococcal dapat diatasi dengan pemberian antibiotik antistaphylococcal
atau salep mata sulfonamide diberikan pada aplikator katun setiap hari pada
batas kelopak mata.
Tipe
seborrhoik dan staphylococcal biasanya tercampur dan dapat menjadi kronik dalam
periode bulan bahkan tahun jika tidak ditangani secara adekuat; konjungtivitis
terkait infeksi staphylococcus atau keratitis biasanya menghilang setelah
pengobatan antistaphylococcus lokal.
b. Blepharitis Posterior
Blepharitis
Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata akibat adanya disfungsi dari
kelenjar meibom. Seperti blepharitis anterior, penyakit ini bersifat bilateral,
kondisi kronik. Blepharitis anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan. Dermatitis
seborrhoik biasanya terkait dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau
infeksi jenis staphylococcus seringkali menyebabkan penyakit kelenjar meibom
dan dapat menjadi alasan terjadinya gangguan pada fungsi kelenjar meibom.
Lipase bakteri menyebabkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva dan
gangguan pada organ lakrimasi
Blepharitis
posterior mempunyai manifestasi klinis yang luas, yang melibatkan kelopak mata,
apparatus lakrimalis, konjungtiva, dan kornea. Perubahan kelenjar meibom
termasuk inflamasi pada orificium meibom (meibomianitis), tersumbatnya
orificium oleh sekresi yang kering dan tebal, dilatasi kelenjar meibom pada
sisi tarsal, dan produksi sekresi lembut, kental, lengket yang abnormal yang
dapat menekan kelenjar. Hordeolum dan chalazion dapat terjadi. Batas kelopak
mata hyperemis dan terdapat telangiektasis. Kelopak mata juga menjadi lebih
bundar dan tertarik ke dalam akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva
tarsal, menyebabkan hubungan abnormal antara lapisan air mata prekornea dan
orificium kelenjar meibom. Air mata dapat sedikit berbuih dan terlihat lebih
berminyak. Hipersensitivitas pada staphylococci dapat menyebabkan keratitis
epitelial. Kornea dapat
mengalami vaskularisasi perifer dan penipisan, terutama pada bagian inferior.
Penanganan
blepharitis posterior bergantung pada konjungtiva yang terkait dan perubahan
kornea. Inflamasi pada struktur ini mengharuskan pengobatan aktif, termasuk
antibiotik dosis rendah jangka panjang – biasanya dengan doxycycline (100mg dua
kali sehari) atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), namun pemilihan antibiotik
juga perlu dipandu hasil kultur kelopak mata dan disertai dengan steroid
topikal (jangka pendek), misal dengan prednisolone, 0, 125% dua kali sehari.
Terapi topikal dengan antibiotik atau air mata tambahan biasanya tidak terlalu
dibutuhkan dan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada lapisan air mata
dan reaksi toksik.
- Manifestasi Klinis
Kelopak mata merah, bengkak, sakit,
gatal, eksudat lengket bergantungan pada bulu mata, epifora. Sering disertai
konjungtivitis, keratitis, hordeolum dan kalazion. Pada laki-laki lanjut usia
biasanya terjadi blefaritis seroboik dengan keluhan mata kotor, panas, eksudat
berminyak dan rasa kelilipan.
- Komplikasi
a.
Trikiasis dan horeolum.
b.
Kalazion dan keratitis
c.
Madarosis dan konjungtivitis.
- Penatalaksanaan
Bersihkan
dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Pada blepharitis sering diperlukan kompres hangat. Pada infeksi ringan diberi antibiotik lokal
sekali sehari pada kelopak dan kompres basah dengan asam borat. Bila terjadi blepharitis menahun, maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah.
Pada blepharitis
seroboik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas lidi hangat, soda bikarbonat,
atau nitras argentin 1%. Dapat digunakan
salepsulfonamid untuk aksi ketoritiknya. Kompres hangat selam 5-10 menit, tekan kelenjar Meibom dan bersihkan dengan
sampo bayi. Diberikan juga antibiotik lokal, prednisolon 0,125% dua kali
sehari, dan antibiotik sistemik, tetrasiklin 2 x 250 mg atau sesuai dengan
hasil kultur.
Pengobatan
pada infeksi virus bersifat simtomatik, antibiotik diberikan bila terdapat
infeksi sekunder.
Bila
disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1 gram
sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan sampai 1-2 minggu setelah
gejala menurun. Bila disebabkan kandida diberikan nistatin topikal 100.000 unit
per gram.
Pada
infeksi jamur sistemik, bila disebabkan Aktinomises atau Nokardia diobati
dengan sulfonamid, penisilin, atau antibiotikspektrum luas. Amfoterisin B diberikan
untuk histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis, dan lainnya, dimulai dengan
0,05-0,1 mg/kg Bb secara intravena lambat selama 6-8 jam dalam dekstrosa 5%.
Dosis dinaikkan sampai 1 mg/kg BB, namun total tidak boleh dari 2 gram.
Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3 minggu atau sampai gejala
berkurang. Hati-hati karena toksik terhadap ginjal.
Pada blepharitis
akibat alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik, namun harus dicegah
pemakaian lama. Untuk mengurangi gatal, berikan antihistamin.
Gambar 3. Blepharitis anterior Gambar4.Blepharitis posterior
(www.optikonline.info/2008/06/07/anatomi-mata-manusia)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Riwayat penyakit,
lingkungan, pekerjaan, pemakaian obat dan kosmetik,
2.
Data subjektif ,keluhan
klien nyeri, gatal, merasa kelilipan, mata terasa panas.
3.
Data objektif
a.
Apakah kelopak mata
tampak memerah dan bulu mata rontok?
b.
Apakah
terjadi bengkak dan sakit ?
c.
Apakah
ada eksudat yang lengket pada kelopak mata ?
d.
Apakah
sekresi mata mengering saat tidur hingga bangun, dan mata sulit dibuka?
e.
Apakah
mata berair dan peka terhadap cahaya terang ?
f.
Apakah
terbentuk keropeng dan apabila dilepaskan apakah berdarah atau tidak ?
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri
b.d inflamasi akibat infeksi bakteri.
2.
Ansietas
b.d gangguan penglihatan, kerusakan kelopak mata .
3.
Resiko tinggi injury
b.d defisif pengetahuan.
4.
Defisit
pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit.
5.
Resiko
tinggi infeksi b.d prosedur invasif.
6.
Gangguan
sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan status organ indera.
C.
RENCANA
KEPERAWATAN
1.
Nyeri
b.d inflamasi akibat infeksi bakteri
a.
Tujuan
: nyeri hilang atau berkurang
b.
Kriteria
hasil:
1)
Klien
mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
2)
Klien mengatakan nyeri
berkurang/ hilang
3)
Ekspresi wajah rileks
c.
Intervensi :
1)
Kaji skala nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat
nyeri.
2)
Jaga kebersihan
pinggiran kelopak mata.
Rasional : mempercepat kesembuhan.
3)
Anjurkan
istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang.
Rasional : memberi kenyamanan
kepada klien.
4)
Alihkan perhatian pada
hal-hal yang menyenangkan.
Rasional : mengalihkan perhatian
terhadap nyeri.
5)
Kolaborasi
dalam pemberian antibiotic dan analgesic.
Rasional :
menghilangkan nyeri dan membantu penyembuhan.
2.
Ansietas
b.d gangguan penglihatan, kerusakan kelopak mata.
a.
Tujuan : cemas hilang
atau berkurang
b.
Kriteria hasil :
1)
Klien
tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
2)
Klien menunjukkan
keterampilan menyelesaikan masalah
3)
Klien menggunakan
sumber secara efektif
c.
Intervensi :
1)
Kaji penyebab ansietas.
Rasional :
mengetahui penyebab ansietas.
2)
Kaji tingkat ansietas.
Rasional :
mengetahui tingkat ansietas.
3)
Jelaskan diagnosis
& rencana penanganan.
Rasional : mengurangi ansietas.
4)
Berikan informasi
seputar blepharitis.
Rasional
: menambah pengetahuan tentang penyakit blepharitis.
5)
Dorong pasien untuk
mengakui dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : mengurangi tingkat
ansietas
3.
Resiko
tinggi injuri b.d defisit pengetahuan
a.
Tujuan : resiko injuri
teratasi
b.
Kriteria hasil :
1)
Klien
mampu menjaga dan merawat matanya.
2)
Klien mampu melihat
dengan jelas
c.
Intervensi :
1)
Bantu
klien dalam melakukan aktivitas.
Rasional : mencegah injuri.
2)
Beri pencahayaan yang
cukup.
Rasional :
mempermudah klien melakukan aktivitas.
3)
Jauhkan penyebab
terjadinya injuri.
Rasional : menjaga keselamatan
klien.
4)
Berikan informasi
seputar blepharitis.
Rasional
: menambah pengetahuan tentang penyakit blepharitis.
5)
Dorong pasien untuk
mengakui dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : mengurangi tingkat
ansietas
4.
Defisit
pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit
a.
Tujuan
: klien mengetahui tentang penyakit yang dialaminya
b.
Kriteria hasil :
1)
Klien mengatakan
pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2)
Mengidentifikasi
hubungan antar gejala atau tanda dengan proses penyakit
3)
Melakukan
prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
c.
Intervensi :
1)
Diskusikan
perlunya pengetahuan tentang penyakit.
Rasional : menambah
pengetahuan penyakit blepharitis.
2)
Tunjukkan
tehnik yang benar pemberian obat tetes mata.
Rasional : klien
menjadi tahu cara pemberian obat tetes mata dengan benar.
3)
Izinkan pasien
mengulang tindakan.
Rasional : menambah kemahiran
klien.
4)
Kaji pentingnya
mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
Rasional : membantu mempercepat
kesembuhan.
5)
Dorong
pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional : mencegah
berulangnya penyakit blepharitis.
6)
Beri
informasi seputar penyakit blepharitis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan
klien.
5.
Resiko
tinggi infeksi b.d prosedur invasif.
a.
Tujuan
: meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,
bebas
drainase purulen, eritema, dan demam.
b.
Kriteria
hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan
risiko infeksi.
c.
Intervensi
:
1)
Observasi
tanda terjadinya infeksi
Rasional : infeksi
mata terjadi 2 – 3 hari setelah proseddur dan memerlukan upaya intervensi.
2)
Diskusikan
pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata.
Rasional : menurunkan
jumlah bakteri pada tangan.
3)
Gunakan
teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah
untuk tiap usapan.
Rasional : teknik
aseptik menurunkan resiko penyebab bakteri.
4)
Tekankan
pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : mencegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
5)
Kolaborasi
dalam pemberian obat steroid sesuai indikasi.
Rasional :
digunakan untuk menurunkan inflamasi.
6.
Gangguan
Sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan status organ indera.
a.
Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan
dalam batas situasi individu.
b.
Kriteria
Hasil :
1)
Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
2)
Mengidentifikasi/
memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
c.
Intervensi :
1)
Tentukan
ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional :
kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif.
2)
Observasi
tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi.
Rasional :
terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan.
3)
Orientasikan
pasien terhadap lingkungan, orang lain diareanya.
Rasional :
memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.
4)
Perhatikan
tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
Rasional : gangguan
penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata secara
bertahap menurun dengan penggunaan.
5)
Letakkan
barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
dekat.
Rasional :
memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.
D.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah tahap yang
menggunakan rencana keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan. definisi
secara umum, implementasi mencakup tindakan penyerahan tindakan dan pencatatan.
perawat harus memperhatikan atau tertuju pada pengembangan dari langkah rencana
keperawatan yang telah dibuat, kemudian selanjutnya melakukan tindakan yang
dicatat dalam aktivitas perawat dan memperhatikan respon klien (Kozier, et.
all, 2000).
Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping
(Nursalam, 2001).
E.
EVALUASI
Evaluasi merupakan
tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah tindakan yang terus
menerus, bertujuan untuk menentukan kemampuan klien dan keperawatan kesehatan
profesional yaitu menunjukkan peningkatan kearah tujuan yang hendak dicapai
pada klien dan keefektifan rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang
penting karena memberikan kesimpulan proses akhir apakah intervensi dihentikan,
diteruskan, atau perlu rencana / intervensi baru (Kozier, et. all, 2000).
Hasil evaluasi yang diharapkan setelah diberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan blepharitis yaitu :
1.
Tidak ada keluhan nyeri
lagi
2.
Klien merasa nyaman
3.
Kecemasan
klien berkurang atau hilang
4.
Klien
mengetahui informasi tentang blepharitis
5.
Klien
mampu menjaga dan merawat matanya
6.
Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar